
Amman, menurut Dr. Syauqi Abu Khalil dalam Athlas Hadith al-Nabawi, adalah kota di ujung Syam. Berdasarkan penuturannya, Amman dulunya merupakan pusat kota negeri al-Baqa. Terdapat beberapa kota yang ada di wilayah itu, antara lain Adzdarbah, Jarba, dan Elat, semuanya berada di Syam.
Amman saat ini merupakan ibu kota Yordania. Yordania sendiri memiliki situs-situs penting masa lampau yang sarat sejarah, seperti makam Nabi Luth, Pohon Sohabi, Goa Ashabul Kahfi, Masjid Ummayad, dan Masjid Al-Hussein.
Sepanjang sejarahnya, Amman telah dihuni oleh beragam jenis masyarakat. Catatan sejarah menunjukkan bahwa masyarakat pertama yang menghuni kota itu berasal dari masa Neolitikum, yaitu sekitar 1005 SM. Para arkelog menemukan jejak kehidupan masa Neolitikum di Ain Ghazal yang terletak di sebelah timur Amman.
Pada abad ke-13 SM, Kota Amman dijuluki Rabbath Ammon oleh bangsa Ammon. Setelah itu, daerah tersebut dikuasai oleh bangsa Assyria dan diikuti oleh bangsa Persia. Setelah itu ditaklukkan lagi oleh bangsa Makedonia. Pemimpin Macedonia di Mesir, Ptolemy II Philadelphus, mengubah nama kota ini menjadi Philadelphia.
Kota ini menjadi bagian dari Kerajaan Nabatea hingga 106 M, ketika Philadelphia berada di bawah kekuasaan Romawi dan bergabung dengan Decapolis. Pada 321 M, Kristen menjadi agama kerajaan tersebut dan Philadelphia menjadi kursi keuskupan selama awal era Bizantium.
Jejak Islam terukir di Amman sejak masa dinasti Bani Ummayyah berkuasa di Damaskus dan Abbasiyyah di Baghdad, setelah sebelumnya Philadelphia kembali berganti nama menjadi Amman pada periode Ghassanian.
Amman mengalami beberapa kali gempa bumi dan bencana alam. Amman terbentuk menjadi desa-desa kecil hingga pendudukan Circassian pada 1887. Amman berubah ketika Sultan Ottoman memutuskan untuk membangun jalur kereta Hijaz yang terhubung ke Damaskus dan Madinah. Amman menjadi stasiun utama pada peta komersial. Hal ini dikarenakan Sultan Ottoman pada masa itu memberikan fasilitas baik ritual haji dan perdagangan tetap di kota tersebut.
Pada 1921 M, Abdullah I memilih Amman sebagai wilayah pemerintahan untuk kota yang baru dibangunnya, Kekaisaran Transjordan. Kemudian, kota ini menjadi ibu kota untuk Kerajaan Hashemite Yordania. Karena di sana tidak terdapat gedung-gedung mewah, ia mulai membangun stasiun dengan kantor di dalam gerbong kereta. Amman menjadi kota kecil hingga 1949.
Pada 1963, populasi bertambah karena masuknya pengungsi Palestina. Amman mengalami perkembangan yang sangat pesat sejak 2010 di bawah pimpinan dua raja Hashemit, Hussein dari Yordania dan Abdullah II.
[dari berbai sumber]