SEKILAS INFO
26-07-2024
  • 3 tahun yang lalu / Madrasah Ibtidaiyah Narrative Quran (MINAN) adalah pengukir sejarah pendidikan baru di Lamongan yang berkomitmen melahirkan generasi emas pecinta Al Quran yang mampu mengisahkan narasi Al Quran dengan kemahiran bahasa yang dimilikinya.
  • 3 tahun yang lalu / Senin, 25 Januari 2021 Pengumuman Placement Test Peserta DiDik Baru Tahun Pembelajaran 2021-2022.
30
Mar 2021
1
Berbagai Metode Menghafal Al-Qur'an

Macam-macam gaya menghafal

Setiap individu memiliki gaya atau pola tertentu dalam melakukan aktifitas menghafal (to memorize). Di samping memiliki kekhasan, pola yang digunakan oleh masing-masing orang pun memiliki kemiripan satu dengan lainnya. Beberapa tipe gaya menghafal dapat dikelompokkan dalam beberapa karakteristik berikut:

(1)Orang cenderung lebih mudah mendapatkan hafalan dengan cara mendengarkan (audio).

(2)Ada pula orang yang memiliki kecenderungan menggunakan metode membaca beberapa kali (berulang-ulang), dengan melihat tulisannya.

(3)Atau orang yang lebih kuat hafalannya jika apa yang akan dihafalkannya ia tulis terlebih dahulu.

(4)Atau mungkin, orang yang menggunakan metode awangan, yakni menghafal dengan membaca satu kali, kemudian dia me-recall memorinya untuk membacakan hafalannya tersebut.

Dari sudut pandang merdeka belajar, tentu semua metode di atas tidak dilarang dan tidak ada peraturan yang membatasi pada metode tertentu.

 

Bagimana ketika yang dihafal adalah Al-Qur’an?

Tidak cukup berbeda metode menghafal secara umum dengan metode menghafal Al-Qur’an. Keduanya terkelompokkan dalam empat macam metode yang telah disebutkan di atas.

Meskipun begitu, yang tetap menjadi perbedaan adalah menghafal Al-Qur’an haruslah memperhatikan kaidah ilmu tajwid dan makharijul huruf.

 

Metode membaca berulang (Tikrar)

Yang akan dibahas di sini adalah salah satu metode dari empat macam metode di atas, yakni metode yang nomor dua (silakan Anda scroll lagi ke atas, jika lupa).

Ya, metode ini disebut dengan metode tikrar atau takrir atau takrar. Ketiga derivasi kata itu memiliki maksud yang sama yaitu “berulang-ulang”.

Pada cara menghafal konvensional, para penghafal memang lah melafalkan ayat yang dihafalkannya secara berulang-ulang. Namun perbedaannya adalah mereka melafalkan ayat tersebut cenderung TANPA melihat tulisan pada mushaf.

Jadi, metode tikrar ini menekankan pada membaca ayat secara berulang-ulang. Ingat, membaca!. Yang dimaksud dengan membaca disini adalah melafalkan ayat dengan melihat tulisan pada mushaf.

 

Apa kelebihan metode ini?

Kelebihan metode ini dibandingkan dengan metode lainnya antara lain:

  1. Jika dibandingkan dengan metode audio. Metode audio tetaplah metode tertua. Pasalnya, panca indera manusia yang berfungsi pertamakali sejak lahir adalah pendengaran. Metode audio sebetulnya hanya tepat jika diterapkan pada anak-anak yang belum mampu membaca Al-Qur’an (yang belum memiliki pengetahuan terkait tulisan Arab). Sedangkan dalam metode tikrar, penghafal akan membaca ayat Al-Qur’an dengan bersuara (minimal terdengar oleh dirinya sendiri). Maka sebetulnya melalui membaca berulang dengan bersuara, secara otomotis ia akan mendapatkan manfaat auditory.
  2. Jika dibandingkan dengan metode tulis. Metode ini cukup lama, digunakan oleh para pengahafal Al-Qur’an di masjid Madinah. Di sana media tulis yang digunakan disebut dengan lauh. Di lauh tersebut santri menulis ayat yang akan dihafalkannya sesuai petunjuk dan bacaan gurunya. Lalu santri membacakan ayat yang ditulisnya itu kepada gurunya untuk dikoreksi. Jika sudah tepat, maka barulah santri melanjutkan menghafal dengan membacanya secara mandiri. Metode ini dirasa kurang efektif karena membutuhkan waktu yang cukup lama. Meskipun begitu, metode tikrar mengambil sebagian langkah pembelajaran dari metode Madinah tersebut. Dalam metode tikrar santri membacakan ayat kepada guru, sebelum nantinya akan dibaca olehnya secara mandiri. Hal itu, untuk memastikan bacaan santri telah tepat dan sesuai kaidah tajwid yang benar.
  3. Jika dibandingkan dengan metode awangan. Metode konvensional yang saya sebut di ataslah yang saya maksud dengan metode awangan ini. Kekurangan metode ini adalah siswa menjadi mudah tidak fokus. Hafalan dengan metode konvensional ini cenderung membuat otak bekerja lebih keras dan menjadikan tenaga terkuras lebih besar. Oleh karena, dalam metode tikrar, ditekankan membaca (melafalkan ayat Al-Qur’an) dengan melihat tulisan pada mushaf. Dengan membaca berulang-ulang, maka santri tanpa terasa “hafal tanpa menghafal”.

Begitulah, sedikit pembahasan mengenai metode menghafal Al-Qur’an. Semoga kita dan anak didik kita sekalian, diberikan kemudahan oleh Allah dalam menghafalkan dan menjaga firman-firman-Nya. Amin. [] (mma)

Garing, Kamis, 20 Okt 2022

Hellooo… Terimakasih atas informasinya yang sangat bermanfaat. Silahkan kunjungi laman web kampus kami tercinta walisongo.ac.id

Balas

Agenda Kegiatan

Video Terbaru

Data Madrasah

MI Narrative Quran Lamongan

NPSN : 69993353 | NSM : 111235240537

Jl. Soekarno Hatta Kompleks Narrative City (Selatan Perumahan Green Flower) Lamongan (0322) 3106655
KEC. Lamongan
KAB. Lamongan
PROV. Jawa Timur
KODE POS 62216