
Sahabat-sahabat nabi Muhammad itu dijuluki Ashabush Shuffah atau Ahlush Shuffah, para sahabat muhajirin yang tidak mampu sehingga menjadi penghuni serambi masjid Nabawi.
Sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Hajar al-Asqolani dalam kitab Al-Kafi Asy-Syafi menjelaskan kata-kata motivasi nabi Muhammad kepada Ashabush Shuffah.
Suatu hari Rasulullah SAW menghampiri Ashabush Shuffah sambil melihat kesulitan dan keterbatasan mereka, maka Rasulullah menyenangkan hati mereka dengan sabdanya: “Berbahagialah wahai Ashabush Shuffah, siapapun diantara umatku yang tetap ridho atas keadaannya sebagaimana kalian ridho dengan keadaan kalian saat ini maka mereka adalah orang-orang yang akan menemaniku di surga kelak”.
Betapa bahagianya santri yang mendapatkan kata-kata semacam itu dari kiainya. Begitu pulalah Ashabush Shuffah sangat bergembira atas apa yang disabdakan oleh nabi Muhammad itu.
Kehidupan mereka penuh keterbatasan. Saking terbatasnya kehidupan mereka, dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari Abu Huraira, beliau berkata: “Aku melihat 70 Ashabush Shuffah tidak samasekali memiliki pakaian (yang cukup layak – red.), selimut ataupun surban yang dilingkarkan ke leher. Sebagaian pakaian mereka ada yang hanya sampai betis, ada yang sampai kaki, hingga mereka menutupkan tangannya karena khawatir auratnya terlihat.
Mereka merupakan cerminan kaum sufi yang hidup dalam kesederhanaan dan menghabiskan hari-harinya dengan beribadah kepada Allah. Dalam sebuah riwayatkan menyebutkan bahwa adalsegolongan sahabat yang seringkali telat mengikuti shalat berjamaah, sampai-sampai orang Arab badui menyebut mereka sebagai ‘majnun’ (orang gila).
Dalam syarah yang mengurai riwayat tersebut menjelaskan, mereka telat dikarenakan lemahnya tubuh mereka karena menahan lapar. Setelah selesai shalat berjamaah, Rasulullah SAW menghapiri mereka dan memberikan kalimat-kalimat penyemangat, menguatkan mereka agar mereka bertahan dalam kondisi sulit mereka dan memberikan harapan balasan kebaikan dari Allah untuk mereka kelak di akhirat. (mma).