![Mengenal Konsep Pembelajaran Bermakna David Ausubel Mengenal Konsep Pembelajaran Bermakna David Ausubel](https://minan.sch.id/wp-content/uploads/2022/01/pembalajaran-bermakna.png)
Belajar ialah proses perubahan tingkah laku yang berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan. Pengaruh proses belajar tersebut dapat diamati melalui indikator-indikator yang ada, terkait dengan kompetensi. Sebagai contoh, peserta didik mencapai kompetensi memahami materi yang telah mereka terima dari media atau sumber yang diberikan oleh guru, ditunjukkan dengan mampu mengulas secara mandiri materi tersebut baik secara lisan maupun tulisan.
Dalam dunia pendidikan, berbagai strategi dirancang untuk menciptakan model pembelajaran yang tepat bagi peserta didik. Pembelajaran bermakna menurut David Ausubel adalah proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif peserta didik. Pembelajaran Bermakna menekankan pada pemahaman daripada hafalan. Pengetahuan yang didapatkan dengan menerapkan pengetahuan tersebut dalam bentuk yang nyata (konkret) adalah titik tekan dari Pembelajaran Bermakna dalam perspektif Ausubel. Menurutnya, pengathuan seperti itu akan lebih lama bertahan dalam pemahaman peserta didik.
Pembelajaran tanpa penerapan dan uji coba konkret hanya akan menjadi imajinasi dan hafalan belaka. Konsep-konsep yang tertuang dalam catatan pun akan menjadi pengetahuan yang digunakan untuk berandai-andai. Seperti misal, dalam kosep tentang keutamaan memberi, dijelaskan bahwa orang yang memberi (melakukan sedekah) akan mendapatkan rasa kepuasan dalam jiwanya. Konsep tersebut hanya akan menjadi dongeng jika peserta didik tidak diajak secara langsung untuk melakukan aksi sesuai konsep yang telah mereka terima itu.
Misal lain, dalam konsep asmul husna Al-Muhyi (Yang Maha Menghidupkan), terkandung makna bahwa Allah mampu menghidupkan makhluk hidup dari suatu benda mati sekalipun. Maka untuk memberikan uji coba konkret, misalnya guru dapat mengajak peserta didik mengamati adanya jamur yang tumbuh ada potongan kayu dari pohon yang telah mati.
Hakikat pemahaman pada suatu pengetahuan adalah dengan pengamatan dan uji coba secara langsung. Hal ini dapat juga termasuk dalam makna yang yang terkandung dalam maqalah ”al-ilmu bi la amalin ka asy-sayajari bi la tsamarin” (ilmu tanpa pengamalan bagaikan pohon yang tak menghasilkan buah).
Oleh karena itu, membentuk karakter peserta didik yang kritis dan memiliki pemahaman akan pengetahuan yang relevan dengan zaman, harus dilakukan dengan cara-cara yang lebih dekat dengan realita saat ini. [.](mma)